Jakarta, 19 Juli 2024 – Pameran Patung dan Aktivisme Dolorosa Sinaga & Budi Santoso sukses dibuka dan dapat dikunjungi publik mulai 20 Juli sampai 19 Agustus 2024 di Gedung A, Galeri Nasional Jakarta menggelar pameran bertajuk Patung dan Aktivisme Dolorosa Sinaga dan Budi Santoso.
Pada Pameran ini akan dibuka pada Jumat, 19 Juli 2024 pukul 17.00 WIB, di Amfiteater Gedung A Galeri Nasional Indonesia.
Acara ini turut dihadiri langsung oleh Dolorosa Sinaga, Budi Santoso, Kurator Alexander Supartono dan Dirjen Wilmar Farid dan beberapa seniman dan pengunjung lainnya serta kerabat.
Kepada awak media Dolorosa Sinaga mengatakan,
“Saya, Dolorosa Sinaga pada pameran ini sebetulnya adalah lintas generasi dan Budi Santoso adalah seorang pematung yang bekerja di studio saya sejak 20 tahun lalu dan banyak hal-hal yang saya kerjakan dicermati dan dia kerjakan,” kata Dolorosa Sinaga.
Lebih lanjut Ia mengatakan,
“Tetapi menilai karya seni itu tidak hanya selalu patokannya ekonomi tetapi hendaknya karya seni itu bagaimana bisa membuka wawasan pemirsanya dan kita sama-sama memberi kontribusi kepada negara ini agar negara ini sama-sama bisa mendengarkan aspirasi rakyat untuk mengadakan perubahan yaitu lah intinya dari pameran ini,” sambung Dolorosa Sinaga.
“Semua melihat karya Bapak Budi Santoso ini tidak hanya mengandung estetika tetapi juga mengandung konten persoalan yang kita hadapi di dunia ini dan di ruang sosial untuk membuka kesadaran orang melalui karya seni ini untuk sama-sama bergerak untuk melakukan perubahan,” tutur Dolorosa Sinaga.
Ia menjelaskan persiapannya sudah sejak tahun lalu,
“Saya tidak tahu ini pameran tunggal Saya ingin adanya contoh-contoh karya karya dari seniman-seniman yang sebelumnya bisa berpartner dengan seniman-seniman lainnya juga sehingga estetik dari karya seni bisa mereka pakai disamping mereka bekerja untuk hidupnya menjual karya seni tetapi saya harapan mereka juga terbuka untuk sebagai pesan-pesan moral politik seperti Di dalam tulisannya Pak Dirjen Farid ini tetap memberi semangat kepada kami berdua supaya tetap memberi terang kepada masyarakat,” pungkas Dolorosa Sinaga.
Dikuratori oleh Alexander Supartono, karya-karya Dolorosa dan Budi yang dipamerkan kali ini akan mengusung pesan yang selama ini mereka suarakan. Mulai dari isu hak asasi manusia, pembelaan dan solidaritas pada kaum perempuan, keragaman budaya, perdamaian, dan lingkungan.
Konsistensi pesan ini, menurut Alex tidak terlepaskan dari latar belakang mereka sebagai aktivis hak asasi manusia dan keterlibatan mereka dalam beberapa gerakan sosial. Tak hanya itu, kedua seniman tersebut juga kerap menyuarakan isu-isu sosial yang mungkin diabaikan oleh liyan.
“Karya-karya mereka mempertaruhkan hal yang sama: nilai-nilai kemanusian; keberadaban yang mereka hayati; serta keyakinan akan peran seni dan pekerja seni dalam perubahan sosial,” papar Alexander dalam siaran tertulis.
Pameran ini akan menggunakan eksplorasi dan eksperimen kedua seniman sebagai kendaraan untuk menunjukkan prinsip dan nilai fundamental yang ingin disampaikan. Metode tersebut dilakukan sebagai lensa untuk memeriksa bagaimana mereka merefleksikan patung sebagai medium dan materi tiga dimensi.
“Mengalami Patung” juga akan menjadi prinsip kerja dalam pameran ini. Salah satunya dengan menampilkan lebih dari 53 karya, yang tidak hanya akan menjadi objek yang terpajang di ruang pamer, tapi juga sebagai “titik penjuru” yang akan menghubungkan antara patung, seniman, habitus, dan aktivitas sosial-politis.
“Karena itu, interaksi, kegiatan, dan program selama pameran berlangsung adalah bagian integral dari karya-karya yang terpajang,” imbuh Alexander.
Selaras, Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid juga mengapresiasi pelaksanaan ekshibisi ini. Menurutnya, perhelatan pameran di Galeri Nasional Indonesia ini adalah buah dari kerja bersama dalam rentang waktu panjang dari kedua seniman, terutama dalam merefleksikan gagasan berpikir.
Di samping itu, Hilmar juga berharap pameran ini dapat menjadi pembuka ruang dialog dan refleksi bagi publik yang mengapresiasi karya-karya mereka. Sebab, pameran ini menurutnya tidak hanya menyajikan karya dari dua pematung, tapi juga dialog estetika antara guru dan murid.
“Selain itu sebagai guru dan murid, mereka juga sahabat, yang sama-sama sudah menjelajahi perjalanan sejarah serta melalui berbagai peristiwa di negeri ini,” kata Hilmar.
“Keduanya bersama-sama menjelajahi perjalanan sejarah negeri ini yang melalui berbagai peristiwa sosial dan politik, krisis ekonomi, kekerasan massal, krisis iklim dan lingkungan hidup. Mereka menyoroti ketidakadilan, penindasan yang telanjang, kemunafikan dalam struktur sosial yang menyesakkan. Dalam karya mereka kita bisa menangkap suara dan pengalaman kaum yang tergusur dan terpinggirkan, nyanyian sunyi para korban kekerasan yang hilang dalam catatan sejarah, dan juga geliat kebangkitan mereka yang menuntut keadilan. Selamat Dolo, dan Budi. Teruslah menyinari dunia kita dengan karya.” Jelas Hilmar Farid saat pembukaan.
Pameran Patung dan Aktivisme Dolorosa Sinaga & Budi Santoso dapat dikunjungi publik mulai 20 Juli sampai 19 Agustus 2024 di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada pukul 09.00-19.00 WIB. Namun, Genhype terlebih dulu diharuskan melakukan registrasi online di laman resmi GNI.
Tidak hanya menikmati pameran, publik juga dapat mengikuti program edukasi yang disertakan selama pameran ini berlangsung. Beberapa di antaranya adalah Seminar Diskusi: Aktivisme Seni dalam Pendidikan Seni, dan Lokakarya Patung, Lukis, dan Cukil bagi masyarakat yang berminat.
Sebagai tambahan informasi, Dolorosa Sinaga adalah seorang seniman dan pematung terkenal dari Indonesia. Lahir pada tanggal 30 Oktober 1952, dia dikenal karena karya-karya patungnya yang menampilkan tema-tema sosial, politik, dan kemanusiaan.
Sementara itu, Budi Santoso adalah seorang seniman yang aktif berkarya dalam berbagai medium, termasuk lukisan, patung, dan instalasi. Budi Santoso sering menggabungkan elemen-elemen tradisional Indonesia dengan gaya kontemporer, serta menciptakan karya-karya yang unik dan reflektif. (*red).