Jakarta, 3 Januari 2024 – Relawan Prabowo-Gibran Digital Team (PRIDE) Mengadakan acara diskusi “Membedah Program Digitalisasi Prabowo-Gibran” di Sekretariat Relawan PRIDE, Menara 9 Kebayoran Baru Jakarta pada hari Rabu, 3 Januari 2024.
Hadir sebagai pembicara diskusi PRIDE yaitu ; Budiman Sudjatmiko (Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran) Piotr Jakubowski (Ex CMO Gojek/Co-Founder & Chief Growth Officer Nafas), Anthony Leong (Koordinator Nasional Prabowo-Gibran Digital Team (PRIDE), Gema Sasmita (CEO Sydeco Cyber Security Solustion), M. Sirod (Dewan TKN Prabowo Gibran).
Hilirisasi digital, mungkin akan lebih akrab kalau ada bahasa inggrisnya, Digital dan Streaming. Ada pengamat-pengamat yang kemudian sejumlah orang sinis mendengarkan mas Gibran bicara hilirisasi digital. Ada yang bilang mana ada hilirisasi digital, tidak ada teorinya dan tidak ada dalam buku. Yang pertama saya akan memngkritik cara pandang seperti itu. Itu adalah cara pandang yang mencari kebenaran dari buku. Jadi kalau dia suatu saat kesrempet Bajai dan sakit. Tapi buku tidak mengatakan itu sakit, dia tidak percaya kalau itu sakit. Apa yang tertulis di teori itu menurut dia satu-satunya acuan.
Sehingga ketika mereka tidak menemukan istilah itu di teori di buku mereka. Padahal di lapangan selalu muncul hal-hal yang baru. Yang tidak sempat ditulis oleh seorang ahli teori. Kalau orang baca buku lama, sedangkan ada perkembangan baru. Dibandingkan kedua hal tersebut ya tidak ketemu. Ada yang mengatakan hilirisasi itu biasanya proses ekonomi ada hilir dan hulu. Biasanya namanya proses ekonomi, kalau istilah orang pintar itu ekonomi ekstraktif yaitu ekonomi menggali nikel, pasir, bauxit, minyak, menebang pohon kemudian menjualnya, Itu ekstraktif. Kemudian misalnya pasir silica ditambang kemudian dijadikan silicon chip. Itu namanya hilirasasi karena diambil dari tanah, diproduksi di pabrik jadi chip dan dijual. Nilai tambahnya lahir dari digali, dibikin di pabrik kemudian dijual.
Hilirisasi Sumber Daya Alam ada katanya. Tapi kalau hilirisasi digital hulunya dimana? Baterai hulunya di nikel, kalau digital hulunya dimana. Hulunya digital adalah data. Data antoni pesan sate seminggu sekali. Data Kang Siroj pesan spageti sebulan sekali. Data Bang Tiot nonton film romantis seminggu sekali, nonton film perang sebulan sekali misalnya. Data mas Gema nonton Bola seminggu sekali, nonton tarian sebulam sekali. Itulah hulunya Digital. Big Data itu nanti prosesnya. Data tanaman Jati tumbuh di Provinsi ini biasanya layak untuk ditebang setelah berapa tahun, kalau di Provinsi lain layak ditebang setelah beberapa tahun.
Data orang memaki di Jawa Timur dengan di Solo tingkat frekuensinya berapa. Data apapun bahkan ada penelitian mengatakan 75 likesnya Anthony tadi entah di Youtube, Facebook, Twitter itu ngelike makanan, tarian dan lagu. Disini bisa menangkap dan membaca orang seperti ini akan produktif jika dia tinggal di sebuah negara yang ideologinya dan presidennya seperti ini. Kalau Presidennya konservatif mungkin Anthony akan menjadi orang yang suka protes. Kalau Presidennya liberal mungkin akan bisa enjoy. Padahal likes dia tidak ada politik. Bisa kebaca behaviour. Saya diskusi dengan orang Cambridge Analitica. Orang Indonesia lulusan Cambridge. Dia punya peta 30 negara yang mau Pemilu. Peta per Provinsi bedasarkan perilaku digital. Jangan harap PKS akan menang di Jawa Tengah karena perilaku digital dan sosialnya memang seperti itu. Itulah hulu. Kalau data disimpan di Data Center Samsung itu yang mengerti intelijen Korea, kalau Google ya Amerika.
Mari kita buat Data Center di Indonesia. Dunia digital ada 3 unsur namanya DNA, Device atau perangkat, handphone, laptop, jam tangan. N itu Network. A itu aplikasi. Di Indonesia itu 3 unsur yang membuat dari data ini ditaruh di DNA disebar lewat Hand, dikonsumsi oleh Aplikasi gojek, grab, ruang guru atau apapun. Disimpan di Device dan disebarkan melalui Network. Kenudian dikonsumsi di Aplikasi.